Fitnah Wanita

Bismillah...
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (Muttafaq ‘alaihi)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
(QS Al Ahzaab [32]: 70-71)

Arti kata Fitnah :
Dalam QS Al Anbiyaa' ayat 35, Fitnah diartikan sebagai cobaan.


Fitnah vs Ghibah :
Rasulullah SAW bersabda :
”Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)

Dalam dunia nyata, fitnah sering disandingkan dengan kata ghibah:
Fitnah : membicarakan keburukan orang kepada orang lain, sementara hal buruk yang dibicarakan tersebut adalah tidak benar.
Contoh : si A mengatakan kepada si B, C, dan D bahwa E dan F berpacaran tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu kebenaran bahwa E dan F memang berpacaran.

Ghibah : membicarakan keburukan orang kepada orang lain, dan hal buruk yang dibicarakan tersebut memang benar adanya.
Contoh : si A mengatakan kepada si B, C, dan D bahwa E dan F berpacaran dan memang benar adanya bahwa si E dan F berpacaran (ada pengakuan).

Ghibah yang berkembang menjadi Fitnah :
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

(QS An-Nuur [24]: 19)
Tidak bisa dipungkiri, bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang sempurna. Semua penuh dengan kesalahan dan aib. Dan tidaklah pantas kita menyibukkan diri untuk menyingkap aib dan kesalahan orang. 

Mari saling berintrospeksi, bahwa kita pun punya banyak kesalahan. Tidak ada kesempurnaan kecuali hanya Allah. Bahkan suri tauladan terbaik kita pun juga pernah berbuat salah. Kepada teladan kita Rasulullah SAW, Allah langsung menegurnya apabila berbuat salah. Dan untuk kita, si manusia akhir zaman, sungguh beruntung bagi kita karena banyak sekali aib dan kekurangan kita yang Allah tutupi tabir nya.

Harus kita akui juga, bahwa kita seringkali menambah-nambah dan mengurangi berita yang kita terima untuk disampaikan ke orang lain. Jarang sekali kita mau menyampaikan berita yang apa adanya. Berita yang diterima orang lain pun menjadi berubah dari kondisi sebenarnya dan di situlah mulai timbul fitnah. Dampak dari fitnah ini akan amat sangat luas. Menyebar secepat kilat tanpa kita ketahui.

Kebiasaan membicarakan keburukan orang lain harus berani kita hindari. Pembicaraan yang awalnya hanya bergosip dan ghibah, apabila sudah berkembang dari mulut ke mulut, dilebih-lebihkan dan ditambah-tambahkan sesuatu yang tidak pada kenyataanya akan berkembang menjadi Fitnah. 

Lalu apa yang harus dilakukan ketika melihat keburukan orang lain ?
Manusia itu tidak ada yang sempurna. Pendakwah manapun tidak bisa mengubah keburukan orang lain menjadi sebuah kebaikan. Hanya Allah lah yang berhak dan bisa mengubah kondisi nya. Tugas kita sesama muslim hanyalah saling mengingatkan jika ada saudara kita yang tersesat dan berperilaku kurang baik. Dan harus selalu dikembalikan lagi semuanya ke Allah, bahwa orang tersebut dan Allah lah yang berhak mengubahnya.
Tidak perlu kita ceritakan ke orang-orang tentang keburukan saudara kita. Langsung mendatangi saudara kita dan mengingatkan dalam kebaikan adalah lebih baik. Selanjutnya berserahlah kepada Allah.

Fitnah Wanita
” Tidaklah aku tinggalkan fitnah sesudahku yang lebih bahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhori : 5096. HR. Muslim. 2740 )
Wanita adalah makhluk yang lemah. Ia tercipta penuh dengan kelemah lembutan, lebih mengutamakan perasaan, dan memiliki kecenderungan untuk dilindungi, disayang, dan dihargai. Bukan untuk disakiti atau dicari-cari kesalahannya. Tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan, mematai-matai atau menyebar gosip tentang pribadi seorang wanita, apalagi wanita tersebut adalah wanita yang beriman dan fitnah tersebut disebarkan kepada kalangan orang yang beriman.
"yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat"(QS An-Nuur [24]: 19)
Apa balasan untuk yang memfitnah wanita beriman ?
Siksa di dunia dalam bentuk hukuman Haddul Qadzaf (hukuman penuduh zina), yaitu dicambuk 80 kali sebagaimana firman Allah, "Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (yaitu wanita-wanita yang suci, akil balig dan muslimah] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) 80 kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka Itulah orang-orang yang fasik" (QS An-Nuur [24]: 4).

Dalam surat An-Nuur ayat 4, disebutkan bahwa balasannya bagi orang yang memfitnah wanita baik-baik dan tidak mendatangkan 4 orang saksi, dihukum dengan cambuk sebanyak 80 kali serta tidak boleh menerima kesaksiannya untuk selama-lamanya, dan orang tersebut digolongkan kedalam golongan orang-orang yang fasik.
* Fasik ialah orang yang tidak mengindahkan perintah Allah.

Dampak fitnah yang tersebar
Fitnah terhadap wanita akan selalu mengikuti fitnah terhadap laki-laki. Dimana ketika seseorang memfitnah seorang wanita berbuat zina, disitu pasti akan ada objek lain yaitu si laki-laki. Wanita sebagai subject nya, dan laki-laki yang ikut terfitnah sebagai objek nya. Fitnah yang sudah tersebar seperti ini sangat sulit untuk dihapuskan. Tidak diketahui sudah berapa orang yang termakan fitnah / gunjingan tersebut. Yang dirugikan pun bukan hanya wanita yang difitnah, laki-laki yang terbawa sebagai objek fitnah pun ikut terbawa-bawa.

Maka pantaslah Allah memberikan hukuman yang berat untuk para penyebar fitnah. Bahkan saking bahayanya sampai diibaratkan bahwa fitnah lebih bahaya dari pembunuhan (QS Al-Baqarah ayat 191). Rasulullah juga selalu mewanti-wanti umatnya untuk tidak terjebak ke jurang fitnah. 
Rasululloh Shollallohu alaihi wasallam bersabda :” Berlindunglah kalian dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tidak nampak.” ( HR. Muslim. 1/412 ).
Mata rantai fitnah/ghibah dan maaf
Bisa saja memang orang yang memfitnah itu minta maaf kepada orang yang telah difitnahnya. Namun, bagaimana cara mengembalikan mata rantai fitnah itu menjadi mata rantai kebenaran dan mata rantai maaf ?

Anggaplah si A menyebarkan fitnah antara B dan C kepada D, E, dan F.
D menceritakan kembali kepada G, H, dan I,
E menceritakan hal yang sama kepada J, K, dan L,
F menceritakan juga kepada M, N, O.

A meminta maaf kepada si B atas fitnah yang ia sebarkan dan si B memaafkannya. Akan tetapi, bagaimana dengan mata rantai fitnah yang sudah tersebar ? akankah bisa tersucikan kembali ?

Wallahu 'alam.. *belum ketemu referensinya..

No comments:

Post a Comment