Sebuah perlombaan


Ibarat perlombaan, aku baru saja melangkah dari garis start, aku tidak tau teknik berlari, berenang, melompat, mendaki, memanjat, sementara jauh di sana sudah tau segala teknik, dan tau jalan pintas.
aku adalah peserta dadakan yg bingung, apakah aku harus ikhlas untuk keluar arena, atau harus tetap berlari dan berharap keajaiban..aku juga ga tau, peraturan apa yg ditetapkan, dan apa kriteria pemenangnya..kamu adalah penonton yg tau segalanya, namun aku ga tau, ke siapa km mendukung..aku juga ga tau apakah hatimu berkata ke aku untuk mundur, atau untuk terus..aku adalah peserta dadakan, dimana aku punya bidang yg berbeda dg yg dilombakan.. aku tidak tau rambu jalan, aku tidak tau dimana ada lobang, aku tidak tau dimana ada tikungan.. aku jg ga tau, km dan keluarga adalah suporter yg mana, karena sama2 mengucapkan selamat berlomba.. aku adalah peserta yg belajar sambil berlomba..
doa adalah tenaga, harapan adalah penjaga




Doa dan harapan, berbahagialah orang yang masih memiliki karunia untuk mendapatkannya dari orang-orang sekitar. Tetaplah berjalan menuju garis finish yang diinginkan dengan menaruh kedua unsur tersebut di setiap langkah.

Allah, give me the Cisco Number


Published with Blogger-droid v2.0.9

Puasa dan Shalat yang dicintai Allah


PUASA YANG DICINTAI ALLAH adalah PUASA
NABI DAUD.

SHOLAT yang DICINTAI ALLAH,adalah
SHOLAT NABI DAUD.

Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Ash radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullahshallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺎًﻣْﻮَﻳ ُﻡﻮُﺼَﻳ َﻥﺎَﻛ ، َﺩُﻭﺍَﺩ ُﻡﺎَﻴِﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ُّﺐَﺣَﺃ
َﻥﺎَﻛ ، َﺩُﻭﺍَﺩ ُﺓَﻼَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﺓَﻼَّﺼﻟﺍ ُّﺐَﺣَﺃَﻭ ، ﺎًﻣْﻮَﻳ ُﺮِﻄْﻔُﻳَﻭ
َﻱَﻭ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ َﻒْﺼِﻧ ُﻡﺎَﻨَﻳ
ُﻪَﺳُﺪُﺳ ُﻡﺎَﻨَﻳَﻭ ُﻪَﺜُﻠُﺛ ُﻡﻮُﻗ
 
“PUASA yang PALING DICINTAI oleh Allah adalah PUASA (Nabi) DAUD , yang beliau berpuasa sehari dan berbuka (yakni tidak berpuasa) sehari, serta SHALAT yang PALING DICINTAI oleh Allah adalah shalat (Nabi) DAUD, yang beliau tidur pada seperdua malam, kemudian berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada sepertiga (malam) itu, lalu tidur pada seperenam (malam) tersebut.” [HR -Bukhâry, Muslim, Abu Dâud, An-Nasâ`iy, dan Ibnu Majah.]
Published with Blogger-droid v2.0.9

.. CINTA KARENA ALLAH ...

Semua Cinta atas dasar kecintaan kepada Allah
itulah cinta hakiki, semua cinta yang
mengantarkan seseorang kepada taat kepada
Allah itulah cinta yang sebenarnya. Karena
cinta adalah kesucian, pengorbanan, keteguhan
dalam memegang janji, keikhlasan dalam
melaksanakan perintah Allah.
Cinta adalah akad dan perjanjian…
Cinta adalah air kehidupan bahkan dia adalah
rahasia kehidupan…
Cinta adalah kelezatan ruh bahkan ia adalah
ruh kehidupan…
Dengan cinta menjadi terang semua
kegelapan…
Dengan cinta akan cerah alam kemanusiaan…
Dengan cinta akan bersemi perasaan…
Dan dengan cinta akan jernih segala pikiran…
Dengan cinta semua kesalahan akan
dimaafkan…
Dengan cinta semua kelalaian akan
diampunkan…
Dengan cinta akan dibesarkan arti kebaikan…
Kalaulah bukan dengan cinta, maka tidak akan
saling meliuk satu dahan dengan dahan yang
lainnya…
Kalaulah bukan karena cinta tidak akan
merunduk rusa betina kepada pejantannya,
tidak akan menangis tanah yang kering
terhadap awan yang hitam, dan bumi tidak akan
tertawa terhadap bunga pada musim semi…
Ketika cinta hampa dalam kehidupan maka jiwa
akan sempit dan terjadilah pertikaian dan
perselisihan.
Ketika cinta telah hilang…
Maka akan layulah bunga…
Akan padamlah cahaya…
Akan pendeklah usia…
Akan kering danau di hutan belantara dan akan
silih berganti datang penyakit dan sengsara.…
Ketika cinta telah sirna…
Tatkala itulah lebah meninggalkan bunga…
Tatkala itu burung pipit meninggalkan
sangkarnya…
Tatkala itu pula kutilang tidak hinggap lagi
pada pucuk cemara...
Sekiranya lautan mempunyai pantai dan
sekiranya sungai mempunyai muara, maka
lautan cinta tidak berpantai dan sungai cinta
tidak bermuara…

Published with Blogger-droid v2.0.9

"Sakinah saja dulu... "



“Anakku, wong dadi manten kuwi pancen isine mung seneng. Nanging ojo ngasi sliramu malah seneng dadi manten”


(Anakku, orang menikah itu memang isinya cuma senang. Tapi jangan sampai kamu senang /hobi menikah)
Itulah petuah kakek enam tahun yang lalu, di malam resepsi pernikahan saya. Sederhana sekali, bahkan sebagian hadirin jadi tersenyum mendengarnya. Lalu setelah mengarungi bahtera rumah tangga hampir 3 tahun lamanya, nasehat itu terasa mengena sekali saat ini. Bukan karena adanya keinginan untuk “seneng dadi manten”. Tapi adalah sebuah kenyataan bahwa memang memelihara sebuah pernikahan itu tidak semudah yang terlihat orang. Ibarat gunung, pernikahan itu sepertinya halus dan mulus bila terlihat dari jauh, tapi ternyata cukup terjal dan berliku ketika kita mendekatinya dan atau bahkan mendakinya.

Bagi anda yang sudah menikah, coba buka lagi undangan yang dulu disebarkan. Jika sudah hilang, coba ingat-ingat lagi ayat Al Quran apa yang tercantum sebagai sebuah kelaziman dalam sebuah undangan pernikahan? Saya yakin semua menjawab serempak, Ar-Rum ayat 21.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasanNya ialah diciptakanNya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikanNya kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaranNya bagi orang-orang yang berpikir”.

Betapa indahnya Allah memberi contoh kecil dari sekian tanda-tanda kekuasaanNya yang tersebar di seantero jagad raya. Allah telah menciptakan pasangan bagi masing-masing kita, dengan tujuan utama adalah litaskunuu atau mendapat ketenangan hati, ketentraman jiwa dan kesucian ruhani. Barulah tujuan kedua adalah terciptanya cinta dan kasih sayang di antara kita dan pasangan.


Ayat di atas itulah yang dijadikan landasan doa yang umum diucapkan kepada pengantin baru, “Semoga menjadi keluarga yang sakinah (tenang, tenteram), mawaddah (penuh cinta), warahmah ( penuh kasih sayang)”.

Kita yang sudah menikah sungguh ikhlas mengaminkan doa indah itu dalam hati. Tapi pernahkah kita mencoba berpikir sejenak, mengapa Allah meletakkan ketenangan dan ketenteraman hati sebagai tujuan utama menikah, baru kemudian adanya cinta dan kasih sayang di posisi kedua dan ketiga? Sehingga adanya cinta sejati seharusnya tumbuh setelah menikah dan bukan cinta berkalang nafsu sebelum menikah?

Sahabat Pejuang,
Allah adalah zat pemilik segala cinta. Dialah muara segala rindu. Allah jualah penguasa jiwa dan sayang di setiap hati kita. KepadaNya lah cinta sejati akan ditambatkan. Kepada Allahlah Rindu menggebu hendak terlabuhkan. Pernahkah antum merasa bahwa surat cintaNya begitu indah menyapa kita? Coba anda buka mushaf dan baca AyatNya yang pertama. Surat cinta yang berbalut Rindu mengharu biru itu Allah mulai dengan “BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIM” (Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang)

Subhanallah, di antara 99 asmaNya yang agung, Allah telah memilih Ar-Rahman dan Ar-Rahiem sebagai pembuka surat cintaNya. Dua nama yang berhubungan dengan cinta. Betapa indah sapaan pertamaNya kepada kita. Allah sangat tahu, bahwa salah satu software yang dominan menguasai diri manusia adalah cinta. Maka, Dia memperkenalkan diri-Nya sebagai zat yang maha mencinta. Dan pada surat Ar-Rum di atas, Allah menjadikan pernikahan sebagai salah satu bukti kuasaNya atas cinta itu.

Pernikahan. Yah, prosesi sakral itu dimulai dengan akad nikah, sebuah penyampaian tantangan dari wali mempelai puteri kepada mempelai pria untuk alih tanggung jawab dalam mengasuh calon mempelai puteri. Kemudian hal itu disambut dengan ungkapan kesanggupan mempelai pria untuk menerima tantangan tersebut dengan menyiapkan mas kawin / mahar sebagai jawaban pertamanya.

Simpel memang. Tapi Islam menganggap hal itu sebagai sebuah prosesi yang sakral sekali. Agama menyebut peristiwa itu sebagai Mitsaqan Ghalidza (ikatan yang kokoh/kuat), dimana dalam sejarah umat manusia, ikatan itu hanya terjadi dua kali. Pertama ketika Nabi Musa menerima “Ten Commandements” dari Allah di lembah Tuwa, dan yang kedua adalah ketika akad nikah diucapkan oleh sepasang pengantin. MasyaAllah, prosesi sederhana nan simple itu dinilai sederajat dengan perjanjian Allah dan Nabi Musa.

Sungguh sebuah ikatan perjanjian yang kokoh. Jangan sampai dilanggar, jangan sampai terkhianati, sebab dari ikatan kokoh nan suci itulah, hal yang sebelumnya haram menjadi halal bahkan wajib. Yang sebelumnya berdosa menjadi berpahala. Dan yang sebelumnya dilarang sekarang diizinkan, bahkan diiringi dengan dengan untaian doa.

Lalu apakah berhenti sampai disitu? Ah, tentu saja tidak. Itu barulah awal mulanya. Selanjutnya, tentu saja perjuangan yang sesungguhnya. Hidup baru yang sesungguhnya, dan tak lagi menjadi raha semalam. Menikah pada hakekatnya bukanlah sekedar menyatukan dua hati anak manusia dalam mahligai rumah tangga. Tapi lebih dari itu, pernikahan adalah sinergi dua keluarga. Pernikahan adalah penyatuan dua hati, dua keluarga, dua budaya berbeda dan dua sifat yang tiada sama..Maka disinilah hikmah kenapa Allah meletakkan “sakinah” terlebih dahulu daripada “mawaddah wa rahmah”.

Sakinah adalah ketentraman. Sakinah adalah ketengan hati. Dan itulah tujuan utama pernikahan. Dua mempelai yang memiliki karakter berbeda, dan dari dua keluarga dengan adat dan budaya yang berbeda. Tentu perlu waktu untuk bisa saling memahami dan mengisi. Akan banyak kelemahan yang nampak dari masing-masing pasangannya setelah menikah. Segala kelebihan yang terlihat sebelum menikah, bisa jadi berganti dengan kebiasaan aslinya yang mungkin kurang berkenan.

Tentu saja, siapa sih yang mau tampil seadanya di depan calon suami/istrinya? Nah, sang suami mungkin bisa menerima kelemahan isterinya dan begitupun sebaliknya. Namun bagaimana dengan keluarga masing-masing? Bisakah juga menerima perbedaan budaya, tradisi dan kebiasaan itu?

Di sinilah perlu adanya kearifan untuk membangun keluarga sakinah itu. Al Quran dengan sangat indah menegaskan bahwa istri adalah pakaian dari suami dan demikian pula sebaliknya. Fungsi utama pakaian adalah menutup aurat yang mengartikan bahwa setiap suami adalah penutup aib istrinya dan seorang istri adalah penutup aib suaminya. Pantang bagi seorang suami/istri membuka aib pasangannya di depan orang lain, meskipun itu di depan keluarganya sendiri, sambil terus memperkenalkan adat dan budaya masing-masing untuk bisa saling mengerti dan memahami. Sehingga biarlah kesalah fahaman hanya milik berdua, asal keluarga masing-masing jangan sampai tahu. Karena memang begitulah yang diminta Allah, sebagai penutup aurat pasangan masing-masing.

Nah, fungsi pakaian yang kedua adalah sebagai hiasan. Memaknai bahwa sepasang pengantin adalah pantulan kepantasan pasangannya. Kalaulah istri senantiasa nampak gembira di mata keluarga dan tetangganya. Bukankah orang akan beranggapan bahwa keluarga itu adalah keluraga yang bahagia? Dan bukankah itu bisa menjadi doa buat kita? Maka hiasilah pasangan kita. Biarkanlah dia nampak cantik/tampan di mata keluarga. Sampaikanlah segala kebaikan dan sifat mulianya, dan tutuplah rapat-rapat segala aibnya. Itulah rintisan awal keluarga sakinah yang sesungguhnya.

Jika sakinah sudah berwujud. Maka cintapun pasti akan ikut. Bagaimana tidak? Setiap hari bertemu pandang, saling tersenyum dan menyapa riang, bertegur sapa dan saling menyayang, saling menutup aib dan mendendangkan keindahan. Saling memuji dan mengingatkan. Saling membantu dan memudahkan. Lalu apa alasan cinta tak tumbuh laksana cendawan di musim hujan? Dan inilah cinta yang menenteramkan. Cinta yang melanggengkan pernikahan. Cinta yang senantiasa mengantar setiap detik nafas dalam edaran darah menyatu padu dalam beningnya nuansa syahdu sucinya kalbu. Bersama dalam semangat tak jeda, dalam perjalanan menapak bumi, meniti jalan, menggapai dunia.

Dan kalaulah cinta sudah terbina, maka kelak kasih sayang juga akan senantiasa terjaga. Kasih sayang tidak akan bicara lagi cantiknya paras dan indahnya busana. Kasih sayang hanyalah melihat kebaikan dan kesetiaan semata. Sakinahlah yang membentuk, lalu cinta yang membina, dan kasih sayangpun akan mekar dengan indahnya. Seorang lelaki boleh saja mengalami puber kedua. Dia boleh merasa kembali muda, tapi pandanganya tidak akan pernah lengah dari istri tercinta. Bahkan jikalau ada yang sekalipun yang menggoda, hatinya akan kokoh terjaga. Dia sambil tersenyum akan berkata, “ Sekarang aku sudah memiliki harta, tentu banyak yang memuji dan banyak yang mau lagi menjadi istriku yang kedua atau ketiga. Tapi siapakah dulu yang mendampingku ketika aku tak punya apa-apa? Siapakah yang memberi semangat padaku ketika ada masalah di tempat kerja? Siapakah yang setia mengasuh buah hatiku ketika aku sedang sibuk bekerja? Siapakah yang rela menungguku pulang malam di samping pintu dan tetap menyiapkan hidangan bahkan ketika keletihan badanku menderita? Ah, jika jawabannya adalah istriku yang tercinta, lalu apa alasanku menduakan cintanya? ”.

Subhanallah, indah nian Tuhan mengatur cintaNya, menebarkannya di setiap relung hati umatNya dan memberi petunjuk bagaimana memelihara untaian ayat-ayat cintaNya. Semoga kita bisa meletakkan cinta mulia itu di setiap nyala dan di hati kita. Menggapai sakinah, memetik mawaddah, dalam senandung indah nada-nada rindu penuh Rahmah.

Wallahu a’lam bis shawab

Sumber dari sini.


Lagu Petani

Nasi putih terhidang di meja kita santap tiap hari,
Beraneka ragam hasil bumi dari manakah datangnya,
Dari sawah dan ladang disana, petanilah penanamnya,
Panas terik tak mengapa, hujan rintik tak dirasa,
Masyarakat butuh bahan pangan,
Terima kasih bapak tani, 
Terima kasih ibu tani,
Jasa anda sungguh mulia..

Pak Tani, maaf ya..
aku ada di golonganmu, golongan yang menikmati indahnya tanah persawahan..
indahnya becek-becekan..
indahnya bermain lumpur..
indahnya mencangkul..
indahnya ketika matahari terbenam, kita masih disana bersama capung yang beterbangan..
kelelawar mengantar kita saat aku mendorong sepeda, yang ditengahnya membujur 1 karung gabah,
indahnya berloncat-loncatan dari petak ke petak..
bekal makanan yang seadanya, hanya nasi, sayur nangka, dan tempe goreng,
semua nikmat itu tidak akan pernah ditemukan di kota..
kita tukarkan sedikit gabah kita dengan semangkuk atau beberapa es cendol..
"ngurup" istilahnya,
kita tetap senang karena gabah masih lumayan terjaga harganya,
meskipun saat itu dalam musim panen..
masih ada lumbung desa..
ada klompencapir..

Pak Tani..
pagi-pagi kita sudah berangkat..
habis subuh..
ya..
terkadang tengah malam bapakku sudah berangkat..
menjelang subuh baru pulang, untuk tetap menjaga agar sawah kita terairi dengan baik..

saat matahari baru sedikit muncul cahayanya,
bersama anak yang menggembala kerbau di kegelapan pagi..
indah..
indah..
indah..

sebenernya, negara ini engkau yang menopangnya..
pertanian,
perikanan,
pendidikan..

nasi putih terhidang di meja..
kita santap setiap hari..
....
....


terpujilah wahai engkau ibu bapak guru..
namamu akan selalu hidup dalam sanubariku..
semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku..
sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu..

Pak Guru..
engkau juga manusia paling berjasa membangun Indonesia..

Pak Nelayan,
nenek moyangku seorang pelaut..
:)

Tak kan ada ikan gurih di meja makan,
Tanpa ada jerih-payah nelayan,
Daging ikan sumber gizi bermutu tinggi,
Diperlukan semua manusia,
Siang malam mengembara di lautan,
Ombak badai menghadang dan menerjang,
Pak nelayan tak gentar dalam darmanya,
Demi kita yang membutuhkan pangan,
Terima kasih pak nelayan
Butiran padi,
air..
capung-capung yang beterbangan..
burung sriti..
lumpur..
bangau..
hembusan udara pagi..
sejuk..
indah..
nyaman..
damai..

Pak Tani,
aku penat disini..

maafkan aku..
suatu saat, aku akan kembalikan kejayaanmu..

"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku"
tanah tumpah darahku..
tumpah darah..


Sesungguhnya engkau lah yang menumpahkan darah ini hingga Indonesia merdeka..

Maaf.. 

Selamat jalan Khadijahku.....

“Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini,” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ”Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk dikirim via bis ke Kotabangun”.

Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran.

Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasika¬n diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku.

Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu.

Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bond¬ong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang¬ bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.

Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata, "cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.”


Rasulullah bersabda, "Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad). Sungguh aku merasa telah mendapatkan segalanya dengan kau di sisiku.

Kepribadianmu yang mudah bergaul menjadikanmu disenangi oleh banyak orang. Kamal berkata, “Umi terkenal banget di sekolah. Aku, Mba Aisyah, Mas Nashih, Hamidah, Hilma ini terkenal di sekolah karena anak Umi. Guru-guru kenal kami karena kami anak umi.” Aku ingat perjuanganmu menggalang beberapa orang tua murid ke kantor diknas untuk meminta tambahan kelas agar anak kita yang terlalu muda bisa diterima sekolah. Akhirnya SDN 006 Balikpapan mendapat tambahan kelas dan anak kita bisa bersekolah di sana. Seharusnya aku yang melakukan hal itu, bukan kamu.

Aku terpesona dengan caramu menjalin silaturahim dengan keluarga besarmu. Ketika kita pindah ke Balikpapan, sering kakak-kakakmu menelpon menanyakan kapan liburan ke Samarinda. Mereka rindu kepadamu. Kakakmu KH. Fachrudin, seringkali menelpon, "Kita mau ngadain acara ini, kamu ke Samarinda kah?” Sya’rani, kakakmu yang sering bepergian ke Jawa, ketika mendarat di Balikpapan pun sering berkata, "Baru dari Jawa, mau ikut saya sekalian naik mobil ke Samarinda?” Keponakan-kepon¬akanmu pun sering bertanya, “Acil Robiah kapan ke Samarinda?” Jika kita liburan ke Samarinda, maka kemeriahan meledak begitu mendengar suaramu mengucapkan salam. “Wah, Haji Robiah dari Balikpapan.”

Aku kagum dengan semangatmu melaksanakan amanah dakwahmu. Sering kerinduanmu kepada keluargamu tertahan karena ada amanah dakwah yang harus kamu kerjakan. ”Sebenarnya akhir pekan ini keluarga besar kumpul. Ada acara keluarga. Tapi ada halaqoh ini dan majelis talim ini jadi ndak bisa ke Samarinda.” Semoga Allah SWT memasukkanmu ke dalam barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama ini.


Kesibukanmu berdakwah memang menyita waktumu. Tapi aku ridho karena kau tetap komitmen untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Aku ridho ketika PKS berdiri, kamu bergabung dan berdakwah bersama mereka. Kulihat kau begitu menikmati hidupmu yang mungkin bagi pandangan sebagian orang sangat melelahkan.

Kamu juga aktif mengisi kajian Siroh Shahabiyah di Radio IDC FM. Ketika engkau ingin berhenti karena hamil dan mengajukan ustadzah lain, mba Irna yang mengasuh acara menolak dan mengatakan sebaiknya cuti saja dan sementara akan diputar ulang rekaman yang terdahulu. Saya tahu mereka pun telah jatuh cinta kepadamu.

Saat Ustadz Cahyadi mengadakan pelatihan keluarga, beliau meminta para peserta menulis tentang pasangannya. Aku terkejut ternyata engkau mengenaliku dengan baik. Engkau tahu makanan yang kusukai dan kubenci, teman-teman yang kuanggap shahabatku, karakter-karakt-erku, dan teman-teman Halaqohku. Diam-diam engkau memperhatikanku¬. Terimakasih telah memahami diriku.

Pernah kau mengatakan bahwa kau ingin naik haji bersamaku. Aku mengatakan bahwa kamu sudah naik haji sehingga tidak wajib lagi. Kalau aku punya uang aku akan mengajak anak kita naik haji bukan kamu. Kamu berkata, “Aku akan kumpulkan uang daganganku agar bisa naik haji bersamamu.” Kamu pernah bercerita bahwa saking nikmatnya berada di Kota Mekah, kamu pernah berusaha tukar kloter dengan orang lain agar bisa bertahan lebih lama di kota Mekah.

Istriku, aku suka dengan caramu berbakti kepadaku. Ketika ustadz Muhadi mengajakku mendirikan SDIT Nurul Fikri Balikpapan kau pun mendukungku. Padahal kau tahu bahwa ini akan kembali mengurangi jatah uang belanja untukmu. Bahkan kau berkata, "Aku akan alihkan infaq-infaq yang selama ini ke lembaga zakat ke Nurul Fikri.” Selama ini kau memang menyisihkan uang transport dari mengisi majelis-majelis¬ ta’lim untuk menunjang dakwahmu.

Istriku, aku menikmati sentuhan bibirmu ke pundakku sambil memelukku di saat kita naik motor berdua. Mungkin itu caramu menunjukkan kesetiaanmu. Aku tersanjung dengan gayamu menunjukkan cemburumu. Aku merindukan caramu menegurku jika engkau melihatku lalai dalam urusan agama kita. Aku merasa bahagia saat kau memujiku. Aku merasa hebat ketika engkau bermanja kepadaku.

Aku salut dengan kecintaanmu terhadap ilmu. Setiap ada ta’lim yang mendatangkan ustadz yang berkualitas kau berkata, “Harus duluan nih biar dapat duduk di depan.” Sayang, karena begitu banyaknya anakmu terkadang kau terhambat untuk berada di depan. Pernah kau begitu sedih karena tidak dapat menghadiri ta’lim yang diisi DR. Samiun Jazuli. Terlintas di dalam pikiranku, kelak aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliah S2 agar kau bahagia.

Kau juga begitu bersemangat mengikuti tatsqif (Kajian Tsaqofah Islam) yang diadakan oleh PKS. Ketika ada ujian tatsqif, kau berusaha mengerjakan soal-soal tanpa berusaha menyontek. Tiba-tiba kau mendengar peserta ujian yang lain di sebelahmu saling berbisik tentang jawaban soal yang engkau tidak bisa mengerjakannya.¬ Kamu pun menulis jawaban tersebut. Sepulang ke rumah engkau begitu menyesal dan gelisah. Engkau merasa berbuat curang karena mengerjakan soal dari mendengar percakapan orang lain. “Gimana nih Mas, aku sudah nyontek?” tanyamu. Aku jawab sambil bercanda, "Telpon dosennya, minta dicoret jawabanmu yang dapat dari hasil mendengar itu”. Ternyata engkau benar-benar menelpon ustadz Fahrur agar jawaban atas soal tersebut dicoret saja. Itu yang sering kulihat darimu, begitu takut akan dosa-dosamu. Aku bangga padamu istriku.

Istriku, hal yang sering membuatku bergetar adalah di saat melihat engkau sholat. Begitu khusyuk dan menjaga adab. Tidak pernah aku melihatmu terburu-buru di dalam sholat. Aku menikmati melihat caramu menghadap Tuhanmu. Selelah apapun dirimu kamu selalu berusaha membaca Quran satu juz perhari. Engkau juga tidak ingin meninggalkan dzikir harianmu. Haru rasanya saat-saat melihatmu tertidur dengan Quran masih berada di tanganmu.

Sering aku berangan-angan aku akan membahagiakanmu¬ kelak saat anak-anak sudah besar. Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke kota wisata. Aku akan membelikanmu perhiasan walaupun sekedarnya. Karaktermu yang tidak pernah meminta memang membuatku lalai memperhatikan kebutuhanmu. Bahkan motor pun tidak pernah kubelikan. Motor butut yang kau pakai adalah motor yang memang telah kau bawa dan kau miliki sejak masih gadis.

Aku yakin bahwa kebersihan hatimulah yang memancarkan aura persahabatan dari wajahmu. Banyak yang mengatakan kepadaku, ”Beliau adalah tempat saya menyampaikan curhat.” Terkadang kau terlambat pulang dari mengisi pengajian, ketika ku tanya kenapa terlambat, kau menjawab, “Kasihan ada yang pingin curhat, jadi dengerin dia dulu. Semoga Allah segera kasih dia jalan keluar.” Saya yakin mereka curhat kepadamu karena mereka merasakan kebaikanmu.

Kamu sering memujiku, “Suami yang pintar”. Kulihat, kamulah yang lebih pintar mengaplikasikan¬ teori ke dalam praktek dunia nyata. Sebenarnya aku banyak belajar darimu. Kamu pintar sekali memulyakan orang lain. Kamu sering memberikan sesuatu kepada tetangga-tetang¬ga kita. Terkadang aku malu karena yang kau berikan adalah hal-hal yang sederhana. “Malu ah ngasih ke tetangga segitu. Nggak level buat mereka.” Ternyata sikap perhatianmu kepada tetangga inilah yang membuat mereka mencintaimu.

Kamu mengatakan kepada pembantu kita, “Kumpulkan teman-teman yang lain, nanti saya yang membimbing bacaan Qurannya.” Dengan sabar kamu melatih mereka membaca Quran. Kau pun membelikan peralatan memasak sebagai hadiah kepada mereka yang lulus dan melanjutkan bacaan ke jilid berikutnya. Pernah kau melihat salah seorang diantara mereka sedang berlatih mandiri di rumahnya. Kau berkata, "Bahagianya aku Bi melihat mereka mau melatih bacaan secara mandiri.” Sampai terucap dari mulut pembantu kita, “Bu, saya ini mendapat hidayah dari tangan Ibu lho.”

Terkadang aku lupa untuk memberikan uang belanja, ketika kutanya engkau menjawab,”Aku pakai uang daganganku”. Kau¬ kadang membelikanku baju sebagai hadiah ulang tahunku. Aku memang seorang yang berprinsip minimalis, terkadang jika ada barang yang menurutmu harus dibeli, aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dibeli, kita da’i tidak usah terlalu mengejar kesempurnaan. Seperti biasa kau pun mengalah dan berkata, "Ya sudah pake uang aku aja.”

Ketika engkau mengalami pendarahan saat melahirkan anak kita yang ke delapan, engkau mengalami step. Sungguh hancur hatiku melihatmu menderita. Ketika dokter mengatakan butuh tiga kantung darah, aku segera keluar berlari menuju PMI tanpa sempat mengambil alas kaki. Aku sangat takut kehilangmu. Ketika diberitahu bahwa putra kita telah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi, “Tolong selamatkan istri saya dok.” Setelah dioperasi kau sempat tersadar, aku tidak tega untuk mengatakan bahwa putra kita telah meninggal. Aku tidak ingin kau tahu bahwa kandungan yang sangat kau cintai dan sering kau elus-elus dengan penuh cinta telah mendahuluimu.

Dokter mengatakan bahwa kondisi sangat kritis, biasanya kondisi ini berakhir dengan kematian. Dengan kesedihan yang terus mengelayuti aku berkata, ”Umi tidak usah ngomong apa-apa, semua abi yang urus, Umi nyebut Allah saja.” Aku berharap seandainya Allah memanggilmu, maka ucapan terakhirmu adalah Allah. Walau tidak ada suara yang kudengar, kulihat mulutmu menyebut nama Allah dua kali. Saat itu aku bernazar, aku pun bertawashul dengan segala amalku agar Allah memberikan kesempatan agar engkau masih bisa bersamaku. Dan ternyata anak-anak kita bercerita bahwa saat itu di rumah mereka juga bernazar agar ibu mereka selamat.

Dengan sisa harapan yang tersisa di hatiku, aku berusaha membangkitkan semangatmu, ”Cep¬at sembuh, anak-ana¬k kita menunggumu di rumah.” Engkau mengangguk-angg¬uk. Ternyata Allah SWT sangat mencintaimu. Allah SWT ingin memberimu karunia syahid. Kematianmu karena melahirkan putra kita menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik untukmu. Sebagaimana Rasulullah mengatakan bahwa wanita yang mati karena melahirkan termasuk orang-orang yang mati syahid.

Seorang shahabatmu, Ustadzah Mahmudah, menelponku, "Mba Robi itu kalau saya perhatikan sangat khusyuk kalau memimpin doa atau mengaminkan doa. Kalau berdoa, saat kalimat wa amitha 'ala syahaadati fii sabiilik (matikanlah jiwa kami dalam syahid di jalan-Mu) sering saya lihat mba Robi meneteskan air mata. Ternyata kita memang tidak boleh meremehkan kekuatan doa.”

Pak Emil tetangga kita berkata, ”Saya tidak pernah berinteraksi dengan almarhumah. Hanya istri saya yang bergaul dengannya. Tapi kepergiannya membuat saya merasa kehilangan sampai dua hari”. Mungkin dia shock karena melihat istrinya terguncang.

Ustadzah Sujarwati berkata, "Saya mengisi pengajian dekat SMPN 10, mereka bercerita bahwa almarhumah ustadzah Robiah yang merintis majelis ta’lim ini. Mereka semua kemudian menangis karena teringat istri sampeyan.” Banyak yang terkejut dengan kepergianmu. Ada yang baru mendengar kematianmu, datang ke rumah untuk kemudian menangis karena kehilanganmu.

Hari kematianmu menjadi saksi atas kesholihanmu. Begitu banyak yang datang untuk memberikan penghormatan kepadamu. Ustadz Muslim mengatakan, "Sahabat-sahabat¬nya dari pesantren Al Amin, Madura sudah siap-siap mau beli tiket untuk ke Balikpapan, tapi mendengar jenazah akan di bawa ke Samarinda mereka tidak jadi datang.” Beberapa ustadz datang dari Samarinda. Bahkan Ustadz Masykur Sarmian, Ketua DPW PKS Kaltim pun datang dari Samarinda dan menjadi imam yang mensholatimu. Aku pun melihat ustadz Cahyadi Takariawan, penulis buku dari Yogya, hadir di masjid itu. Mungkin Allah sengaja mengutus orang-orang sholih tersebut untuk mensholatimu dan menyempurnakan pahalamu. Motor-motor memenuhi jalan masuk ke komplek kita. Seseorang dengan heran mengatakan bahwa kemarin kepala kantor meninggal di komplek ini yang datang nggak sebanyak ini. Ini cuma ibu rumah tangga kok banyak banget yang datang.

Sesudah disholatkan di masjid Balikpapan, engkaupun dibawa ke Samarinda. Sampai di masjid Ar Raudhah, Aku melihat KH. Mushlihuddin, LC Koordinator Qiroati untuk Kalimantan hadir di sana. Kamu sering berkata bahwa kamu sudah menganggap beliau, guru mu membaca Quran, seperti ayah sendiri. Kecintaanmu kepada Quran membuat kamu mencintai beliau yang selalu komitmen berjuang menegakkan Al Quran di muka bumi. Sering kamu mengatakan bahwa kamu kangen dengan gurumu, ustadz Mushlih. Segera aku meminta beliau untuk menjadi imam sholat jenazah untukmu.

Kakakmu, Ibu Mursyidah berkata, ”Kepergiannya persis seperti ayahnya, KH. Abdul Wahab Syahrani. Disholatkan dari masjid ke masjid.” Sebelum meninggal beliau berwashiat untuk dikuburkan di Kotabangun. Karena washiat itu beliau disholatkan di tiga masjid di tiga kota oleh murid-murid beliau. Pertama disholatkan di Islamic Centre Samarinda, kemudian disambut oleh Bupati Kutai Kartanegara (Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Kukar) dan disholatkan di masjid agung Tenggarong, kemudian disholatkan kembali oleh murid-murid beliau di masjid Kotabangun.

Dengan lelehan airmata aku ikut memandikanmu, mengangkatmu, memasukanmu ke liang lahat. Seseorang berkata, "Antum duduk saja biar yang lain saja.” Tidak, Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Aku sudah kehilangan kesempatan membahagiakanmu¬ di dunia. Aku sudah kehilangan kesempatan membalas dengan baik pelayananmu kepadaku. Biarlah hari ini aku melayanimu walaupun sekedar mengurus jasadmu.

Terimakasih istriku, selama hidupmu kau selalu berusaha tidak merepotkanku. Ketika aku ke bengkel untuk menambal ban, aku mengabarkan kematianmu dan memohon doa untukmu. Tukang tambal ban, mendoakannya dan berkata, "Istri sampeyan sering ke sini sendiri, menuntun sepeda motor untuk menambal ban, atau kadang ganti ban motor”. Sekuat tenaga ku tahan airmataku. Aku tahu sebenarnya itu adalah tugasku. Kubayangkan adakah wanita lain yang mau menuntun motor ke bengkel untuk menambal ban karena tidak ingin merepotkan suaminya.

Mungkin kamu saat ini telah tersenyum bahagia bercanda bersama Abdullah, putra kita. Mungkin kamu sudah bertemu dengan ayah ibumu yang sangat kamu cintai. Walaupun aku betul-betul kehilanganmu, aku tahu bahwa karunia syahid yang Allah SWT berikan kepadamu adalah yang terbaik untukmu.

Istriku, aku menulis ini untuk menumpahkan rindu yang bergejolak di hatiku. Aku juga berharap agar orang yang membacanya mau meringankan lidahnya untuk mendoakanmu. Aku berharap tulisan ini dapat membalas jasamu kepadaku. Sungguh betapa lambatnya hari-hari berlalu tanpamu. Ingin rasanya aku segera masuk ke surga agar dapat bertemu kembali denganmu. Selamat jalan Khadijahku.....

Copas dari blog : http://syamsannisa.blogspot.com/

i-Card Rumah Zakat (Support by Adira Insurance Sharia)



Bismillah..

Sedang asyik nyari pembayaran zakat antara PKPU dan Rumah Zakat, lalu menemukan ini :
iCard
Apa sih iCard ?
> iCard (Infak Card) adalah kartu infak yang sekaligus sebagai asuransi buat kita. Asuransi jiwa malah tepatnya (kalo menurut saya). Program ini diadakan oleh Rumah Zakat yang bekerjasama dengan Adira Insurance Syaria.

> Jadi gini, dengan kita mendaftar untuk memiliki iCard, kita akan mendapatkan manfaat asuransi senilai :
rata-rata jumlah infak x 1200 (100 tahun) (jika meninggal karena kecelakaan)
atau
rata-rata jumlah infak x 120 (10 tahun) (jika meninggal karena yang lainnya).

Subhanallah..
Langsung simulasi aja deh :
  • Seandainya bulan ini (Juli 2013) saya mendaftar iCard, dengan membayar iuran pertama sejumlah 100 ribu, dan selanjutnya adalah autodebet dari rekening (mungkin 50 ribu aja dulu)
  • Seandainya umur saya hanya sampai dengan 1 tahun lagi (Juli 2014)(mudah2an sih enggak, ini kan cuma simulasi..). Brarti jumlah uang yang sudah diinfakkan sejumlah 100 ribu + (50 ribu x 11 bulan)= 100 ribu + 550 ribu = 650 ribu
  • Jika dirata-rata berarti tiap bulan infaknya adalah 650 ribu / 12 bulan = sekitar 54 ribu
  • Jika tahun depan (Juli 2014) saya meninggal dunia karena kecelakaan, maka keluarga akan mendapatkan santunan sebesar 54 ribu x 1.200= 64.800.000 rupiah
  • Jika saya meninggal dunia karena yang lain, maka pengali nya hanya 120 saja, berarti 54 ribu x 120 = 6.480.000 rupiah.
  •  
Uang santunan itu buat apa nantinya ?
:: Jawab : buat diinfakkan lagi..

Subhanallah..
banyak banget manfaatnya.. saat kita meninggal, infak kita masih berjalan sampai 1200 kali dari rata-rata yang kita infakkan. Seolah-olah setelah meninggal, kita masih berinfak selama 100 tahun ke depan. (padahal kita udah ga ada di dunia, tapi infaknya masih berjalan terus..)

Terfikir, lalu gimana caranya Asuransi ini dapat untung?
Entahlah..

Berikut informasin aslinya saya copy dari web rumah zakat :

iCard adalah Program Rumah Zakat dan ADIRA Insurance Sharia yang memberikan fasilitas perpanjangan donasi selama 100 tahun. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan kewajiban bagi umat muslim, selain itu, kegiatan donasi sosial (Charity) sudah menjadi universal dan disarankan oleh semua agama dan keyakinan.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah : 261

Infaq dan sedekah dapat menolak bala dan derita. H. R. Bukhari

Adira Insurance Sharia, sebagai perusahaan asuransi berbasis syariah, berkeinginan kuat untuk membudayakan ZIS dikalangan masyarakat, dan menjadikan ZIS menjadi sesuatu yang modern, mudah dan meng ‘asyik’ kan. Oleh karena itu, Adira Insurance Sharia bekerja sama dengan Rumah Zakat membuat satu produk bernama i-Card (Infak Card). Produk ini sejalan dengan gerakan yang sedang dilaksanakan oleh Rumah Zakat, yaitu BIG SMILE Indonesia dengan slogan Berbagi Itu Gaya, Berbagi Itu Gampang, Berbagi Itu Gue banget. Rumah Zakat berupaya menjembatani mengajak seluruh masyarakat untuk menjadi kebiasaan berbagi sebagai gaya hidup yang mudah untuk diikuti dan dilakukan.

Benefit i-Card
:
- Donasi/Infak dikelola oleh Rumah Zakat, yang telah mendapatkan pengesahan sebagai lembaga amil zakat berdasarkan keputusan Menteri Agama RI no 42 tahun 2007
- Memberikan santunan Asuransi kepada Donatur yang meninggal dunia berupa kelanjutan pembayaran donasi/infak bulanan sampai 100 tahun untuk penyebab kematian karena kecelakaan, atau sampai 10 tahun untuk penyebab kematian lainnya.
- Ahli waris mendapatkan sumbangan duka sebesar Rp.2.000,000,-
- Donasi cukup hanya dengan Rp.100.000 saja dibulan pertama, dan flexible di bulan berikutnya
- Flexible dalam pembayaran donasi, dengan cara autodebit / autopayment dari Kartu Kredit maupun rekening bank.
- Mendapatkan kartu donatur “i-Card” Rumah Zakat, yang dapat digunakan sebagai discount di beberapa mitra Rumah Zakat yang bekerjasama
- Berkesempatan untuk berangkat Umroh gratis bagi pemegang i-Card yang memilih melakukan pembayaran bulanan rutin dengan autodebit / autopayment min Rp.100rb per bulan
- Santunan meninggal dunia sebesar 1200 kali (100 tahun) nilai donasi/infak bulanan untuk penyebab kematian karena kecelakaan, atau sebesar 120 kali (10 tahun) nilai donasi/Infak bulanan untuk penyebab kematian lainnya
- Sumbangan duka sebesar Rp.2.000,000,-
- Santunan dibayarkan sekaligus dimuka secara total
- Maksimal santunan per orang sebesar Rp.500.000.000,- untuk penyebab kematian karena kecelakaan, atau Rp.200.000.000,- untuk penyebab kematian lainnya
- Besaran nilai donasi/Infak bulanan adalah rata-rata pembayaran infak satu tahun terakhir
- Besaran donasi/infak bulanan minimal Rp. 100.000,- untuk bulan pertama, sedangkan bulan berikutnya peserta bebas memilih besaran donasi/infak bulanan
Kita tidak pernah tau sampai umur berapa kita hidup. Kita perlu investasi akhirat. Investasi lain berupa asuransi juga perlu, makanya yuk.. gabung juga..

Semoga setelah meninggal nanti kita tidak terlalu merepotkan keluarga yang ditinggal. Keluarga yang ditinggal masih punya cukup bekal untuk membesarkan anak-anak dan melanjutkan kehidupannya dengan banyaknya investasi yang kita miliki selama masih hidup..


Semoga Ya Rabb..

Amiin...


Tuhan Tidak Memberi Apa Yang Kita Minta

Jika cita-cita adalah doa, maka doaku kira-kira berbunyi seperti ini "Tuhan, aku ingin menjadi Menteri Kesehatan atau Penulis, tapi jika tidak bisa jadi keduanya, jadikan aku apa saja, asal jangan jadi guru" dan Tuhan dengan sifatnya yang tak tertebak, mengabulkan doaku, tepat menjadi yang paling tidak kuinginkan, GURU.
 
Hidup memang penuh misteri, banyak hal yang sampai saat ini belum terpecahkan, banyak kejadian yang sampai saat ini sulit untuk menemukan jawabannya. Mungkin karena itulah manusia dituntut harus terus belajar untuk menyibak tabir misteri yang belum terbuka.

Ya memang saya akui bahwa selama ini yang saya rasakan dan saya pahami, bahwa Tuhan tidak pernah memberi apa yang saya minta, bahkan saya kadang merasa aneh ketika saya meminta kemudahan dalam segala hal, ternyata malah yang datang kesulitan terus menerus. Hal ini jelas membuat saya frustasi bahkan itu tak jarang membuat saya berburuk sangka pada Tuhan. Bahkan saya tak jarang berfikir dan bertanya bukankah Tuhan Maha Mendengar, tapi kenapa apa-apa yang saya minta jarang dikabulkan. 

Saya yakin banyak orang merasa seperti apa yang saya rasakan. Perasaan itulah yang sering muncul, dan semakin disesali justru akan semakin membuat kita terpuruk. Coba pernah tidak anda mengalami ketika anda Memohon kepada Tuhan kekuatan, Tuhan malah memberi kita kesulitan. Ketika kita memohon untuk bisa  menjadi manusia bijak, Tuhan malah memberi kita banyak masalah. Bahkan ketika saya meminta untuk menjadi manusia pemberani, Tuhan malah memberi kondisi bahaya, dan ketika saya memohon sebuah cinta, Tuhan  memberi saya orang-orang bermasalah.

Tapi ada yang aneh disini ketika kita pikir lebih dalam, bahwa benar apa yang kita minta tidak diberikan, tetapi ternyata kita diberi suatu masalah untuk kita hadapi.Analogi sederhananya ketika kita minta makanan tapi ternyata Tuhan memberi kail buat kita. Bukankah itu menjadi jawaban atas doa-doa  kita selama ini, pernah tidak terbanyangkan kalau kita hanya diberi ikan, pasti ikan itu habis dan kita pasti akan meminta lagi. Beda dengan kita diberi kail, maka kail itu akan bisa menghidupi kita. 

Itulah mungkin jawaban Tuhan atas doa-doa kita selama ini, bahwa “ Tuhan ternyata tidak pernah memberi apa yang kita minta tetapi Tuhan memberi apa yang kita butuhkan”.

Saya ingat pada kisah Tsa’labah (Dapat dibaca di postingan terdahulu “DIMANA TSA'LABAH SEKARANG?”)

Kisah Tsa’labah yang mengajarkan saya bagaimana ‘kejamnya’ ketika Tuhan memberi
apa yang kita minta, bukan yang kita butuhkan.  Tsa’labah yang miskin namun kaya iman dan rajin beribadah, meminta pada Rasul agar  didoakan menjadi kaya, Rasul enggan namun Tsa’labah memaksa dan berdalih, bahwa dengan harta tersebut ia akan menjadi lebih bermanfaat bagi umat, menambah  ketakwaannya, dan menambah kedermawanannya. Rasul akhirnyamendoakannya dan makbul seketika. Dari hari
kehari bertambah kayalah Tsa’labah. Namun kekhawatiran Rasululullah terbukti. Tsa’labah menjadi malas beribadah, dari malas shalat Jum’at hingga malas shalat fardu berjamaah, ketika diminta membayar zakat, Tsa’labah mangkir. Allah dan Rasul pun menjadi murka.

Saat itu turunlah Qs at-Taubah: 75-78 "Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib ?"
 

Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dirinya, ia mulai ketakutan. Segera ia temui Nabi sambil menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi menolaknya, "Allah melarang aku menerimanya." Tsa'labah menangis tersedu-sedu. Setelah Nabi wafat, Tsa'labah menyerahkan zakatnya kepada Abu Bakar, kemudian Umar. tetapi kedua Khalifah itu menolaknya. Zakatnya tak pernah diterima hingga dia meninggal pada masa Utsman. Na’uzubillah.
 

Tuhan memberi semua kebutuhan yang kita minta, dan hal ini akan diketahui bagi mereka yang mau membuka hati dan tidak berburuk sangka pada Tuhan, bukankah Tuhan adalah sebagaimana prasangka mahluknya, kalau kita berprasangka baik, maka baik pulalah, begitu sebaliknya. Makanya cobalah mengungkap hikmah dibalik fakta, walaupun itu kedengarannya klasik, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.
 
#Sumber : Diadaptasi (dengan berbagai perubahan) dari tulisan gunturnovizal.
sumber : https://m.facebook.com/permalink.php?id=207985235930489&story_fbid=419013104827700
Published with Blogger-droid v2.0.9

Cerita Tentang Cinta yang Sampai Akhir

Cinta aku ke kamu punya tanggal kadaluarsa, tanggalnya tercantum di batu nisan aku nanti” @MamadTomad  – diambil dari anjinggombal.
Menjaga rasa cinta pada pasangan kita hingga akhir ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan. 

Mungkin ini pula salah satu faktor pemicu tingginya angka perceraian pasangan muda yang belum lagi genap 5 tahun mengarungi bahtera rumah tangga, dimana kemudian mereka memilih untuk berpisah. Padahal betapa banyak yg  sebelum menikah, mereka pacaran bertahun-tahun dalam rangka mencari kesesuaian, tetapi begitu menikah mereka justru mencari jalan untuk berpisah.

Maka mungkin ada benarnya apa yang disampaikan oleh Ust. Fauzil Adhim, bahwa yang  harus kita cari bukan semata cinta. Di ruang konsultasi betapa banyak pernikahan  yg modalnya cinta tok, hasilnya penuh duka. 

Sehingga pernikahan memang pada akhirnya merupakan jalinan komitmen yang dibangun di atas visi dan misi pernikahan. Sedangkan cinta adalah perekatnya.Sekali lagi, “sedangkan cinta adalah perekatnya”. Sebagaimana perekat, ia memang perlu selalu dijaga. Harus ada gaya tolak dan tarik yang membuat rasa cinta itu tetap seimbang pada titik beratnya. Kadang perlu disemai, disiangi, disinari, dicuekin ataupun diguyur hujan sekalipun. aaah.. cinta oh cinta….

Rutinitas memang kadangkala membunuh kreatifitas dan sensasi suasana hati yang penuh warna. Berbunga-bunga. Tak ada kejutan-kejutan. Kemudian semua terasa hambar.

Bijak sekali pepatah arab mengatakan: Katsratul misaas tudzibul ihsaas,terlalu banyak merasa menghilangkan cita rasa.

Karena sudah menjadi kebiasaan, kata-kata “aku cinta padamu” diawal hari saat berpamitan dengan istri lama-lama akan hambar bak tak bergaram rasa, apalagi kita tidak pernah melakukan variasi ataupun mungkin membuat pola sesekali ataupun berkala rentang waktu. 

Padahal kadangkala memang kita perlu mengeksrepsikan rasa cinta dengan setangkai bunga atau sebait puisi sekelas karya Sastrawan Supardi Djoko Damono ataupun mungkin dengan rayuan gombal ala ABG. Ah, tentu anda lebih pandai dari saya soal ini… hehe.

Walaupun sudah diusahakan ternyata kadang kita  tetap sulit membangun variasi dalam menjaga orbital cinta kita itu. Sibuk, rutinitas, amanah, problematika dan bahkan persoalan perhatian pada anak membuat pasangan suami-istri menjadi kian renggang dan sungkan membangun kemesraan; ataupun bahkan lupa sama sekali.

Maka menepilah sejenak.

Dan ternyata menjaga rasa suka kepada pasangan adalah dengan mengingat berbagai kebaikan pasangan. Fokus melihat sisi positif, sisi kelebihan, sisi kebaikan pasangan yang ada pada pasangan. Kenyataannya, setiap hari pasangan hidup kita melakukan sangat banyak perbuatan baik kepada kita, sejak bangun tidur di pagi hari hingga berangkat tidur lagi di malam hari. Begitulah nasehat Ust. Cahyadi Takariawan dalam sebuah sesi seminar keluarga.

Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Istri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga dianggap hal biasa. Bahkan sebagian suami menganggapnya sebagai kewajiban, bukan kebaikan. Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu yang menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Bahkan sebagian istri mengatakan, itu bukan kebaikan karena memang menjadi kewajiban para suami untuk melakukannya.

Apa yang sering membuat kita kelilipan?
Debu kecil yang masuk ke mata, bukan?

Begitulah, kita sering fokus pada masalah kecil yang kita anggap kekurangan pasangan, hingga kita melupakan banyak kebaikan pada dirinya. Jika mata kita ditutupi oleh kekurangan pasangan, maka kita tidak sanggup melihat berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Nah, masih mau kelilipan terus matanya?

.:salam spektakuler:.
ditulis sambil menghitung kebaikan istri di rumah..
Jazakillah Cutde, atas teh manis kentalnya tiap hari. #eh.
Sumber dari sini.

Keutamaan Membaca Al Qur’an

Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa’at (penolong) baginya pada hari Kiamat. Allah SWT telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dan terdapat dalam firman-Nya: “…. Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS Thaha:123)

 

Perumpamaan mukmin yg membaca Al-Qur’an: Diriwayatkan dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu  bahwa Rasulullah saw bersabda : “

  1. Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Al-Atrujah,  aromanya harum dan rasanya enak.
  2. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Kurma, yang tidak beraroma sedang rasanya enak dan manis.
  3. Perumpamaan orang munafik yang rajin membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Raihanah, aromanya wangi sedang rasanya pahit.
  4. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Hanzhalah, tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” (HR. Bukhari no. 5427, HR. Muslim no. 797)

 

Berikut 10 Keutamaan membaca Al-Qur’an Menurut  Al-Qur’an dan Hadits Shahih :

  1. Memperoleh Pahala Berlipat Ganda Yang Sempurna
    • Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir:29-30)
    • Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf (HR. At-Tirmizi no. 2910).
      • Terlebih lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan Al-Qur’an. Tentu, pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.
      • Hadits ini juga menjelaskan perhitungan yang rinci mengenai pahala membaca Al Qur’an. Tiap huruf berpahala 10 kebaikan. Kita mungkin bisa membayangkan apa yang bisa kita beli dengan uang $1.000 Dollar. Tapi, bisakah kita bayangkan apa yang “bisa” kita beli dengan 1.000 kebaikan? Salah satu yang bisa kita “beli” adalah keburukan-keburukan kita. Maksudnya, Allah SWT akan mengikis dosa dan keburukan kita dengan kebaikan-kebaikan yang kita miliki. Firman Allah SWT, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. ” (QS Hud:114)

 

  1. Akan mendapat Rahmat, Petunjuk, Keselamatan dan Kasih sayang dari Allah SWT
    • Firman Allah SWT: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah SWT menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah SWT mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al-Ma’idah: 15-16).

 

  1. Sebagai penyembuh dari segala penyakit
    • Firman Allah SWT: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. ” (QS Yunus: 57). “Katakanlah: ‘Al Qur’an itu adalah petunjuk dan obat penawar bagi orang-orang yang beriman” (QS Fushshilat : 44)

 

  1. Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat
    • Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : ”Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafa’at (penolong) bagi orang yang membacanya dan mentaatinya.” (HR. Muslim no. 804). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Selain Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali Al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.
    • Dan dari Abdullah bin Amru bin Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw bersabda : “Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafa’at kepada hamba kelak di hari kiamat, Puasa berkata : “Ya Rabbku saya telah mencegahnya dari memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan berkata Al Qur’an :”Saya telah mencegahnya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, Rasulullah saw :”Maka keduanya memberikan syafa’at” (HR. Ahmad)
    • Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mempraktekan Al-Qur’an di dunia, didahului oleh surah Al Baqarah dan surah Ali Imran, keduanya akan membela dan mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim no. 805)
    • Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surah Al-Baqarah dan Surah Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surah Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. (HR. Muslim no. 804)

 

  1. Mahluk Allah SWT yang Terbaik.
    • Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari no. 5027)
    • Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Rasulullah saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
    • “Ilmu adalah kehidupannya Islam dan tiangnya keimanan. Dan barangsiapa mengajarkan ilmu, maka Allah SWT akan menyempurnakan pahalanya, dan barangsiapa yang belajar, lantas mengamalkan(nya), maka Allah SWT akan mengajarkan kepadanya apa-apa yang tidak ia ketahui” (HR. Abu Syaikh)

 

  1. Dikumpulkan bersama para malaikat.
    • Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (HR. Muslim no. 798, HR Al-Bukhari no. 4937) Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
    • Rasulullah saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah SWT (masjid) untuk membaca Kitabullah (Al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan

1.    ketenangan jiwa bagi mereka,

2.    mereka diliputi oleh rahmat,

3.    dikelilingi oleh para malaikat, dan

4.    Allah SWT menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.

    • Dari Usaid bin Hudhair ra, suatu hari ia sedang membaca surah Al Baqarah sedangkan kudanya diikat di dekatnya. Tiba-tiba kudanya terkejut ketakutan. lalu ia diam, maka kudanya pun diam. Kemudian, ia membaca. Kudanya terkejut ketakutan lagi. Ia pun diam, kudanya pun diam. Kemudian ia membaca lagi. Kudanya terkejut ketakutan lagi. Lalu ia pun beranjak. Saat itu putranya, Yahya, berada dekat dengan kuda itu, maka ia khawatir kuda itu akan mengenai anaknya. Ketika menarik anaknya, Usaid mengangkat kepalanya menghadap langit hingga ia tidak melihatnya. Ketika waktu subuh tiba. ia bercerita kepada Rasulullah saw. Beliau pun bersabda, “Bacalah hai Ibnu Hudhair! Bacalah hai Ibnu Hudhair!”. Ia menjawab, “Saya khawatir kuda itu menginjak Yahya, wahai Rasulullah saw, saat itu Yahya dekat dengan kuda itu. Lalu saya angkat kepala saya menghadap langit, ternyata di langit ada semacam awan yang di dalamnya ada semacam lampu-lampu, lalu lampu-lampu itu keluar hingga saya tidak bisa melihatnya lagi”. Rasulullah saw bertanya, “Tahukah engkau apa itu?”Kata Usaid, “Tidak”, Beliau bersabda, “Itu adalah malaikat yang mendekat karena suaramu. Andaikata engkau terus membaca, pasti ia akan tetap ada sampai subuh dan orang-orang dapat melihatnya karena ia tidak akan tersembunyi dari mereka.” (HR. Al Bukhari)

 

  1. Al-Qur’an menentukan derajat bagi pembacanya
    • Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah SWT meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an”  (HR. Muslim no. 269)
    • “Akan dikatakan kepada para penghafal Al-Qur`an, “Bacalah dan naiklah ke atas. Bacalah dengan tartil sebagaimana dulu kamu di dunia membacanya dengan tartil. Karena jenjang kamu (di surga) berada di akhir ayat yang dulu kamu biasa baca.” (HR. Ahmad no. 6796). Siapa yang membaca dengan sempurna seluruhnya Al-Qur’an maka ia menempati tingkatan surga yang paling atas di akhirat. Sedang siapa yang membaca sesuatu juz darinya, maka kenaikannya dalam tingkatan surga sesuai dengan bacaannya itu. Dengan demikian, akhir pahalanya adalah pada akhir bacaannya.

 

  1. Kedua Orang Tuanya mendapatkan mahkota surga.
    • Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa selalu membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya niscaya Allah SWT akan memakaikan mahkota kepada kedua orang tuanya besok di hari kiamat yg mana cahaya mahkota tersebut lebih indah dari cahaya matahari yg menyinari rumah-rumah di dunia. dan dipakaikan kedua orang tuanya perhiasan yang tidak didapatinya didunia, lalu keduanya bertanya : dengan amal apa hingga kita diberikan pakaian ini ? dikatakan : karena anakmu hapal Al-Qur’an”. Maka apakah gerangan balasan pahala yg akan dianugerahkan kepada orang yg membaca dan mengamalkan Al-Qur’an itu sendiri? ” . (Riwayat Abu Dawud)

 

  1. Membaca Al Qur’an lebih berharga dibanding Harta benda dunia
    • Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah saw bersabda: “Tidak boleh hasad (iri) kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah SWT keahlian tentang Al-Qur`an, lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah SWT kekayaan harta , lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang”. (Hadits Muttafaq ‘Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).
    • Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian suka jika ketika dia kembali kepada isterinya, di rumahnya dia mendapati tiga ekor unta yang sedang bunting lagi gemuk-gemuk?” Kami menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Tiga ayat yang dibaca oleh salah seorang dari kalian di dalam shalatnya adalah lebih baik daripada ketiga ekor unta yang bunting dan gemuk itu.” (HR. Muslim no. 802)
    • Dari ‘Uqbah Bin ‘Amir ra berkata Rasulullah saw Bersabda : “Siapakah di antara kalian yang tiap hari ingin pergi ke Buthan atau ‘Aqiq dan kembali dengan membawa dua ekor unta yang gemuk sedang dia tidak melakukan dosa dan tidak memutuskan hubungan silaturahmi?” Kami menjawab, “Kami ingin ya Rasulullah” Lantas beliau bersabda, “Mengapa tidak pergi saja ke masjid; belajar atau membaca dua ayat Al Qur’an akan lebih baik baginya dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta, dan empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, demikianlah seterusnya mengikuti hitungan unta.”(HR Muslim)
    • Rasulullah saw bersabda, Allah SWT berfirman : “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat memohon kepada-KU, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih baik dari apa yang Ku berikan kepada orang-orang yang memohon’. Dan keutamaan kalam Allah SWT atas semua perkataan adalah seperti, keutamaan Allah SWT atas makhluk-Nya. (HR Tirmidzi)

 

  1. Dijauhi Setan & Kesusahan
    • Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra)
    • Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah, tidak akan bisa dimasuki setan.” (HR. Muslim)
    • Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Daru Quthni dari Anas r.a, Rasulullah saw memerintahkan: “Perbanyaklah membaca Al Qur’an di rumahmu, sesungguhnya didalam rumah yang tak ada orang membaca Al Qur’an, akan sedikit sekali dijumpai kebaikan dirumah itu, dan akan banyak sekali kejahatan, serta penghuninya selalu merasa sempit dan susah.”
    • Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas r.a;Rasulullah saw  bersabda: “Hendaklah kamu beri nur (cahaya) rumah tanggamu dengan shalat dan dengan membaca Al Qur’an.”

 

Sumber: http://tausiahmuslim.blogspot.com/2011/11/keutamaan-membaca-al-quran.html