Simeulue, awal perantauanku berasal dari sini,.. [Part 1]


Simeulue,..oh... Simeulue,..

Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku dapat menapakkan kaki di pulau itu. Tinggal dan berbaur dalam suasana religinya warga Aceh yang kebanyakan masih berdarah Minang. Sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah utara Nias.

Dan garis hidup pun tidak pernah sia-sia Allah tentukan kepadaku. Di sinilah aku mengawali proses pendewasaan. Proses bersosialisasi pada masyarakat yang sebenarnya. Di sini pula aku diperkenalkan dengan sosok-sosok yang beraneka ragam. Sosok religius, apatis, baik hati, penyayang, kasar, penipu, dan lain-lain. Banyak sosok yang kukenal, dan akan kuingat selalu kebaikanmu adalah Mbakyu Nanik Wahyuni (pemilik losmen Raymond), Kang Sendy (eks JRCS), Bang Ansar (ARC), Bang Man (AHASS), Bang Amril (AHASS), dan spesial untuk Bang Syafrizal (AHASS). Meskipun beberapa tak kuketahui secara pasti kondisi sekarang. Namun aku berharap, setiap kebersamaan yang pernah kita lalui bisa terulang kembali di kemudian hari.

Kurang lebih 9 bulan aku tinggal di pulau ini. Pada bulan Agustus 2007 lepas landas dari Jakarta, transit sehari di Medan, dan keesokan harinya ke Simeulue. Tak akan aku lupa perjalanan pertama ini dalam hidupku. Masih ingat benar pesawat yang aku tumpangi adalah SMAC ( Sinabang Medan Airlines Chargo ) atau ( Sabang Merauke Raya Air Charter ). Pesawat yang hanya bisa memuat belasan penumpang ini mengantarkan aku ke tempat perantauan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan pesawatpun akhirnya mendarat. Aku, Ade, dan Mas Yaser. Ade dan Mas Yaser hanya mengantarkan aku beberapa hari dan akhirnya meninggalkanku seharian di Pulau ini.

Kami telusuri hari pertama ini dengan mencari penginapan di Pusat Kota. Yaa, ibu kota kabupaten ini ada di Sinabang. Kota yang hanya mempunyai jalan beraspal mungkin tidak lebih dari 5km. Kota satu-satunya yang kutemui yang tidak mempunyai traffic light. Lebih cocok dibilang sebagai desa. Desa terpencil yang 100% berbanding terbalik dengan kehidupan di Ibu Kota Jakarta. Oohh,.. aku pun hampir putus asa untuk menyanggupi penempatan kerja perdanaku di sini. Sebuah kota (*desa) yang gersang, panas, sepi, seolah-olah tidak ada kehidupan di pulau ini. Tidak banyak aku melihat rumah-rumah yang terbuat dari tembok. Sebagian besar rumah penduduk terbuat dari papan.

Dari bandara Lasikin kami langsung ke terminal. Jarak tempuh kurang lebih 45 menit. Sebuah pasar di pinggir pantai, dekat dengan pelabuhan, dan terdapat mobil yang tidak lebih dari 10 buah. Yah,.. seperti inilah sebuah terminal di pulau Simeulue. Jangankan bus, angkot pun tidak ada sini. Di sana sini terlihat angkutan umumnya hanyalah caktor ( becak motor ) atau bentor ( becak motor *versi Buli,Halmahera Timur ) yang dalam 1 bulan ke depannya saya ketahui bahwa tarifnya adalah Rp 5.000,- dan kelipatannya. Di terminal kami menunggu jemputan dari Bang Amril. Beliau adalah PIC ( Personal In Contact ) dari PT. Metra ( * sekarang Metrasat ).

Dalam 3 hari ke depan setelah pendaratan ini, kami akan sibuk untuk survey lokasi BTS yang akan aku jaga transmisinya. BTS Salur ( Teupah Barat ), BTS Kampung Aie, dan BTS Labuhan Bakti ( Teupah Selatan ). Bagiku, perjalanan ke 3 lokasi ini adalah perjalanan yang hebat. Benar-benar perjalanan menuju pelosok kampung di pelosok pulau kecil. Perjalanan yang hanya bisa ditempuh dengan kereta ( *sepeda motor ). Tak jarang sepanjang perjalanan masih kulihat makhluk-makhluk yang bagiku masih asing dan jarang ditemui. Perjalanan melewati perhutanan, perkebunan sawit, pertemuan dengan kerbau liar, musang liar, dan monyet liar. Oh,.. sedihnya aku akan tinggal dan bekerja dengan kondisi perjalanan seperti ini. Namun semua tidak dapat kuhindari. Kontrak kerja sudah ditandatangani dengan konsekuensi bersedia ditempatkan di mana saja di seluruh Indonesia dengan jam kerja 7x24 jam.

3 hari pun telah berlalu. Di hari ke-4 Ade dan Mas Yaser beranjak dari pulau ini menuju Blangpidie. Mereka naik kapal Ferry dari Sinabang ke Labuhan Haji. Dan malam itu pun akan menjadi awal permulaan perantauan yang sebenarnya,..