Lagu Petani

Nasi putih terhidang di meja kita santap tiap hari,
Beraneka ragam hasil bumi dari manakah datangnya,
Dari sawah dan ladang disana, petanilah penanamnya,
Panas terik tak mengapa, hujan rintik tak dirasa,
Masyarakat butuh bahan pangan,
Terima kasih bapak tani, 
Terima kasih ibu tani,
Jasa anda sungguh mulia..

Pak Tani, maaf ya..
aku ada di golonganmu, golongan yang menikmati indahnya tanah persawahan..
indahnya becek-becekan..
indahnya bermain lumpur..
indahnya mencangkul..
indahnya ketika matahari terbenam, kita masih disana bersama capung yang beterbangan..
kelelawar mengantar kita saat aku mendorong sepeda, yang ditengahnya membujur 1 karung gabah,
indahnya berloncat-loncatan dari petak ke petak..
bekal makanan yang seadanya, hanya nasi, sayur nangka, dan tempe goreng,
semua nikmat itu tidak akan pernah ditemukan di kota..
kita tukarkan sedikit gabah kita dengan semangkuk atau beberapa es cendol..
"ngurup" istilahnya,
kita tetap senang karena gabah masih lumayan terjaga harganya,
meskipun saat itu dalam musim panen..
masih ada lumbung desa..
ada klompencapir..

Pak Tani..
pagi-pagi kita sudah berangkat..
habis subuh..
ya..
terkadang tengah malam bapakku sudah berangkat..
menjelang subuh baru pulang, untuk tetap menjaga agar sawah kita terairi dengan baik..

saat matahari baru sedikit muncul cahayanya,
bersama anak yang menggembala kerbau di kegelapan pagi..
indah..
indah..
indah..

sebenernya, negara ini engkau yang menopangnya..
pertanian,
perikanan,
pendidikan..

nasi putih terhidang di meja..
kita santap setiap hari..
....
....


terpujilah wahai engkau ibu bapak guru..
namamu akan selalu hidup dalam sanubariku..
semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku..
sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu..

Pak Guru..
engkau juga manusia paling berjasa membangun Indonesia..

Pak Nelayan,
nenek moyangku seorang pelaut..
:)

Tak kan ada ikan gurih di meja makan,
Tanpa ada jerih-payah nelayan,
Daging ikan sumber gizi bermutu tinggi,
Diperlukan semua manusia,
Siang malam mengembara di lautan,
Ombak badai menghadang dan menerjang,
Pak nelayan tak gentar dalam darmanya,
Demi kita yang membutuhkan pangan,
Terima kasih pak nelayan
Butiran padi,
air..
capung-capung yang beterbangan..
burung sriti..
lumpur..
bangau..
hembusan udara pagi..
sejuk..
indah..
nyaman..
damai..

Pak Tani,
aku penat disini..

maafkan aku..
suatu saat, aku akan kembalikan kejayaanmu..

"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku"
tanah tumpah darahku..
tumpah darah..


Sesungguhnya engkau lah yang menumpahkan darah ini hingga Indonesia merdeka..

Maaf.. 

No comments:

Post a Comment