Sumber : http://kickdahlan.wordpress.com/2013/02/09/mengenal-tanaman-stevia-sebagai-sumber-pemanis/
Masyarakat di Indonesia umumnya hanya mengenal tebu dan nira
kelapa/aren/siwalan sebagai tanaman penghasil gula, padahal ada tanaman
lain yang dimanfaatkan sebagai pemanis yakni Stevia.
Stevia memang lebih populer di wilayah asalnya, Amerika
Selatan, dan juga di Asia Timur seperti Jepang, China dan Korea Selatan.
Di Paraguay, suku Indian Guarani telah menggunakan stevia sebagai pemanis sejak ratusan tahun lalu.
Ada sekitar 200 jenis stevia di Amerika Selatan, tetapi hanya Stevia rebaudiana yang digunakan sebagai pemanis. Tahun 70-an, stevia telah banyak digunakan secara luas sebagai pengganti gula. Di Jepang, 5,6% gula yang dipasarkan adalahstevia atau yang dikenal dengan nama sutebia. Stevia digunakan sebagai pengganti pemanis buatan seperti aspartam dan sakarin.
Stevia memiliki beberapa keunggulan antara lain tingkat
kemanisannya yang mencapai 200-300 kali kemanisan tebu serta rendah
kalori sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas.
Selain itu, stevia juga bersifat non-karsinogenik. Zat pemanis dalam
stevia yaitu steviosida dan rebaudiosida tidak dapat difermentasikan
oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam. Asam ini yang apabila menempel
pada email gigi dapat menyebabkan gigi berlubang. Oleh karena itu,
stevia tidak menyebabkan gangguan pada gigi.
Stevia adalah tanaman perdu yang tumbuh pada tempat dengan ketinggian
500-1000 m di atas permukaan laut, di dataran rendah stevia akan cepat
berbunga dan mudah mati apabila sering dipanen. Suhu yang cocok berkisar
antara 14-270C dan cukup mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Terdapat beberapa cara untuk memperbanyak stevia, yaitu dengan
mengecambahkan biji stevia, stek batang, pemisahan rumpun ataupun dengan
kultur jaringan.