Cinta aku ke kamu punya tanggal kadaluarsa, tanggalnya tercantum di batu nisan aku nanti” @MamadTomad – diambil dari anjinggombal.
Menjaga rasa cinta pada pasangan kita hingga akhir ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan.
Mungkin
ini pula salah satu faktor pemicu tingginya angka perceraian pasangan
muda yang belum lagi genap 5 tahun mengarungi bahtera rumah tangga,
dimana kemudian mereka memilih untuk berpisah. Padahal betapa
banyak yg sebelum menikah, mereka pacaran bertahun-tahun dalam rangka
mencari kesesuaian, tetapi begitu menikah mereka justru mencari jalan
untuk berpisah.
Maka
mungkin ada benarnya apa yang disampaikan oleh Ust. Fauzil Adhim, bahwa
yang harus kita cari bukan semata cinta. Di ruang konsultasi betapa
banyak pernikahan yg modalnya cinta tok, hasilnya penuh duka.
Sehingga
pernikahan memang pada akhirnya merupakan jalinan komitmen yang
dibangun di atas visi dan misi pernikahan. Sedangkan cinta adalah
perekatnya.Sekali lagi, “sedangkan cinta adalah perekatnya”. Sebagaimana
perekat, ia memang perlu selalu dijaga. Harus ada gaya tolak dan tarik
yang membuat rasa cinta itu tetap seimbang pada titik beratnya. Kadang
perlu disemai, disiangi, disinari, dicuekin ataupun diguyur hujan
sekalipun. aaah.. cinta oh cinta….
Rutinitas
memang kadangkala membunuh kreatifitas dan sensasi suasana hati yang
penuh warna. Berbunga-bunga. Tak ada kejutan-kejutan. Kemudian semua
terasa hambar.
Bijak sekali pepatah arab mengatakan: Katsratul misaas tudzibul ihsaas,terlalu banyak merasa menghilangkan cita rasa.
Karena
sudah menjadi kebiasaan, kata-kata “aku cinta padamu” diawal hari saat
berpamitan dengan istri lama-lama akan hambar bak tak bergaram rasa,
apalagi kita tidak pernah melakukan variasi ataupun mungkin membuat pola
sesekali ataupun berkala rentang waktu.
Padahal
kadangkala memang kita perlu mengeksrepsikan rasa cinta dengan
setangkai bunga atau sebait puisi sekelas karya Sastrawan Supardi Djoko
Damono ataupun mungkin dengan rayuan gombal ala ABG. Ah, tentu anda
lebih pandai dari saya soal ini… hehe.
Walaupun
sudah diusahakan ternyata kadang kita tetap sulit membangun variasi
dalam menjaga orbital cinta kita itu. Sibuk, rutinitas, amanah,
problematika dan bahkan persoalan perhatian pada anak membuat pasangan
suami-istri menjadi kian renggang dan sungkan membangun kemesraan;
ataupun bahkan lupa sama sekali.
Maka menepilah sejenak.
Dan
ternyata menjaga rasa suka kepada pasangan adalah dengan mengingat
berbagai kebaikan pasangan. Fokus melihat sisi positif, sisi kelebihan,
sisi kebaikan pasangan yang ada pada pasangan. Kenyataannya, setiap hari
pasangan hidup kita melakukan sangat banyak perbuatan baik kepada kita,
sejak bangun tidur di pagi hari hingga berangkat tidur lagi di malam
hari. Begitulah nasehat Ust. Cahyadi Takariawan dalam sebuah sesi
seminar keluarga.
Sangat
banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena
dilakukan setiap hari maka dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Istri
memasak setiap hari untuk keperluan keluarga dianggap hal biasa. Bahkan
sebagian suami menganggapnya sebagai kewajiban, bukan kebaikan. Suami
yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun
karena itu yang menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai
hal yang lumrah dan wajar saja. Bahkan sebagian istri mengatakan, itu
bukan kebaikan karena memang menjadi kewajiban para suami untuk
melakukannya.
Apa yang sering membuat kita kelilipan?
Debu kecil yang masuk ke mata, bukan?
Begitulah,
kita sering fokus pada masalah kecil yang kita anggap kekurangan
pasangan, hingga kita melupakan banyak kebaikan pada dirinya. Jika mata
kita ditutupi oleh kekurangan pasangan, maka kita tidak sanggup melihat
berbagai kelebihan yang dimilikinya.
Nah, masih mau kelilipan terus matanya?
.:salam spektakuler:.
ditulis sambil menghitung kebaikan istri di rumah..
Jazakillah Cutde, atas teh manis kentalnya tiap hari. #eh.
Sumber dari sini.
No comments:
Post a Comment